Laporan
Praktikum Hari/Tgl : Senin / 16 September 2013
Biokimia Waktu : 11.00-12.40
PJP : Puspa Julistia P, S.Si,MSc
Asisten : Lusianawati, S.Si
Sari Yuniarni
KARBOHIDRAT
I
Kelompok 9 :
1.
Ekawisudawati
(J3L112185)
2.
Vidya
Maela Rasep (J3L112109)
3.
Muhammad
Mustofa Kamal (J3L112035)
PROGRAM KEAHLIAN
ANALISIS KIMIA
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Pendahuluan
Dalam melakukan
fungsinya tubuh memerlukan tenaga/energi. Energi yang diperlukan itu didapat
dari energi potensial yaitu energi yang tersimpan dalam bahan-bahan makanan
berupa energi kimia, dimana energi tersebut akan dilepaskan setelah bahan
makanan mengalami proses metabolisme dalam tubuh. Didalam tubuh zat-zat makanan
yang mengandung unsur karbon dapat dipergunakan sebagai bahan pembentuk energi
yaitu karbohidrat, lemak, protein (Kusharto 1992).
Karbohidrat sebagai zat
gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur molekul
yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dai sudut kimia dan
fungsinya. Semua karbohidrat terdiri atas unsure-unsur Carbon(C), hidrogen (H),
dan Oksigen (O), yang pada umumnya mempunyai rumus kimia Cn(H2O)n.
Rumus umum ini memberikan kesan zat karbon yang diikat dengan air (dihidrasi),
sehingga diberi nama karbohidrat. Persamaan lain ialah bahwa ikatan-ikatan organik
yang menyusun kelompok karnohidrat ini berbentuk polialkohol. Dari sudut
fungsi, karbohidrat adalah penghasil utama energi dalam makanan maupun didalam
tubuh. Karbohidrat yang terasa manis, biasa disebut gula. Molekul dasar dari
karbohidrat disebut monosakarida atau monosa. Dua monosa yang saling terikat
membentuk disakarida atau diosa, dan tiga monosakarida yang saling terikat diberi
nama trisakarida atau triosa. Ikatan dari lebih tiga monosakarida disebut
polysakarida atau poliosa. Polisakarida yang mengandungjumlah monosakarida yang
tidak begitu banyak disebut oligosakarida (Sediaoetama 2004). Karbohidrat
memiliki sifat pereduksi karena adanya gugus karbonil. Senyawa ini juga
memiliki gugus hidroksil. Karena itu, karbohidrat merupakan polihidroksi
aldehid atau polihidroksi keton atau turunan senyawa-senyawa tersebut (Ngili
2009).
Monosakarida yaitu gula
yang paling sederhana terdiri dari molekul tunggal. Monosakarida yang penting
adalah gula yang mempunyai 6 karbon (heksosa) contohnya: glukosa, fruktosa, dan
galaktosa. Oligosakarida yaitu gula yang mengandung 2-10 molekul gula
sederhana, contohnya: sukrosa, maltosa. Polisakarida yaitu karbohidrat yang
kompleks terdiri atas beberapa molekul satuan gula sederhana (monosakarida).
Beberapa yang dapat dicerna yaitu pati dan dekstrin, sedang yang lain tidak
(selulosa dan hemiselulosa seperti agar dan pektin), tidak larut dalam air (Kusharto
1992).
Tujuan
Percobaan
bertujuan menunjukkan sifat dan struktur karbohidrat melalui uji-uji kualitatif
dan mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan
beberapa reagen uji.
Metode,
Bahan dan Alat
Metode yang dilakukan
saat uji Molisch ialah dimasukkan 5 mL sampel kedalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan pereaksi Molisch. Kemudian ditambahkan 3 mL H2SO4 melalui
dinding tabung dan amati perubahan warna yang terjadi. Uji Benedict dilakukan
dengan cara 3 mL Benedict dicapurkan dengan 8 tetes sampel. Didihkan selama 5
menit, dinginkan lalu amati perubahan warnanya. Uji Barfoed dilakukan dengan
cara 1 mL pereaksi dicampurkan dengan 1 mL sampel. Didihkan selama 3 menit pada
air mendidih, dinginkan. Setelah dingin, ditambahakan 1 mL fosfomolibdat lalu
amati perubahan warnanya. Uji fermentasi menggunakan ragi sebanyak 1 gr lalu
digerus dan ditambahkan 1mL sampel. Setelah terbentuk suspense dimasukkan ke
tabung fermentasi. Lakukan pemeraman tiap 30 menit dicek (triplo). Jika ada
ruang gas pada kaki diukur. Lalu ditambahkan NaOH untuk menguji ada tidaknya
gas CO2. Uji diatas dilakukan untuk setiap sampel yaitu glukosa 1%,
fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, pati 1 %.
Alat-alat
yang digunakan tabung fermentasi, tabung reaksi, corong, pipet tetes, pipet
mohr, kaki tiga, kasa, pembakar gas, rak tabung reaksi, gelas piala.
Bahan-bahan yang digunakan Glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%,
maltosa 1%, pati 1 %, pereaksi Molisch, asam sulfat pekat, pereaksi Benedict,
pereaksi Barfoed, fosfomolibdat, ragi, NaOH 10%, kapas, aquades.
Hasil
dan Pembahasan
Pengujian
kualitatif terhadap karbohidrat dilakukan empat uji yaitu uji Molisch, uji
Benedict, uji Barfoed, dan uji Fermentasi. Jenis-jenis karbohidrat yang
digunakan dalam percobaan adalah Glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa
1%, maltosa 1%, pati 1 %.
Uji
Molisch digunakan untuk menguji karbohidrat dalam sampel-sampel uji yang telah
disediakan namun tidak spesifik. Sampel tersebut dicampurkan dengan pereaksi
Molisch dan ditambah H2SO4(p). Hasil dari pengujian
Molisch sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Uji Molisch
Bahan Uji
|
Hasil Pengamatan (+/-)
|
Perubahan warna larutan
|
Glukosa
|
+
|
Terdapat cincin ungu kemerahan
|
Fruktosa
|
+
|
Terdapat cincin ungu kemerahan
|
Sukrosa
|
+
|
Terdapat cincin ungu kemerahan
|
Laktosa
|
+
|
Terdapat cincin ungu kemerahan
|
Maltose
|
+
|
Terdapat cincin ungu kemerahan
|
Pati
|
+
|
Terdapat cincin ungu kemerahan
|
Ket : + /- = mengandung
karbohidrat/tidak mengandung karbohidrat
Prinsip uji Molisch ialah suatu pembentukan furfural atau turunan-turunan dari karbohidrat yang didehidratasi oleh suatu asam pekat. Dalam percobaan dilakukan penambahan H2SO4(p) yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk menghasilkan furfural. Lalu dibatas kedua cairan tersebut akan terbentuk warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dan a-naftol. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metilfurfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagen Molisch yaitu a-naftol membentuk cincin berwarna ungu. Sehingga hasil positif ditunjukkan ketika warna larutan ungu pada batas kedua cairan, sedangkan warna hijau menunjukkan reaksi negatif. Berdasarkan percobaan, semua senyawa uji hasilnya positif. Ini menunjukkan bahwa semua senyawa uji mengandung karbohidrat. Reaksi yang terjadi pada uji Molisch :
Gambar 1. Uji Molisch (dari kiri ke kanan; pati, maltose, sukrosa, laktosa, glukosa, fruktosa)
Uji Benedict digunakan
untuk menguji gula pereduksi. Hasil dari pengujian Benedict sebagai berikut :
Tabel 2 Hasil Uji Benedict
Bahan Uji
|
Hasil Pengamatan(+/-)
|
Perubahan warna larutan
|
|||
Glukosa
|
+
|
Hijau
kebiruan
|
|||
Fruktosa
|
+
|
Warna
biru, tetapi dibagian atas ada perubahan merah bata
|
|||
Sukrosa
|
-
|
Biru
|
|||
Laktosa
|
+
|
Warna
biru, tetapi dibagian atas ada perubahan merah bata
|
|||
Maltose
|
+
|
Hijau
kebiruan
|
|||
Pati
|
-
|
Biru
|
|||
Ket : +/- = termasuk gula pereduksi/
tidak termasuk gula pereduksi
Prinsip uji Benedict ialah
ketika suatu senyawa uji memiliki gugus fungsi aldehida atau gugus fungsi
hemiasetal yang dapat membuka menjadi aldehida maka karbohidrat tersebut
merupakan gula pereduksi. Cu2+ yang terkompleks dengan benedict
dapat direduksi menjadi endapan merah bata (Cu2O). Persamaan reaksi
yang terjadi pada uji Benedict :
Berdasarkan percobaan glukosa, fruktosa,
laktosa dan maltosa hasilnya positif mengandung gula pereduksi. Sedangkan
sukrosa dan pati hasilnya negatif. Berdasarkan literatur semua monosakarida
(glukosa, fruktosa, laktosa) dan kebanyakan disakarida (sukrosa, maltosa) dapat
mereduksi oksidator lemah. Jadi seharusnya sukrosa positif. Hasil yang negatif
pada percobaan dapat disebabkan dalam proses pemanasan yang terlalu cepat.
Sedangkan pati berdasarkan percobaan dan literatur hasilnya sesuai literatur
yaitu negatif. Namun, pada pemanasan cukup lama dapat dihasilkan endapan merah
bata pada polisakarida sebab memerlukan waktu lama untuk mengubah gugus-gugusnya
menjadi lebih sederhana sebelum bereaksi
dengan pereaksi Benedict. Polisakarida akan menghasilkan monosakarida apabila
terjadi hidrolisis total, kebanyakan polisakarida tidak larut dalam air dan tidak
mereduksi pereaksi benedict (Purba 2007). Berdasarkan percobaan fruktosa
memiliki endapan merah bata terbanyak (lihat gambar 2). Alasan mengapa fruktosa
begitu mudah teroksidasi adalah dalam larutan basa fruktosa berada dalam
kesetimbangan dengan dua aldehida diastereometik serta penggunaan suatu zat
antara tautomerik enadiol (Fessenden
1982).
Gambar 2. Uji Benedict (dari kiri
ke kanan; pati, maltosa, laktosa, sukrosa, fruktosa, glukosa)
Uji
barfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dari disakarida. Hasil uji
Barfoed sebagai berikut :
Tabel 3 Hasil Uji Barfoed
Bahan Uji
|
Hasil Pengamatan(+/-)
|
Perubahan warna larutan
|
Glukosa
|
+
|
Biru
pekat (+++)
|
Fruktosa
|
+
|
Biru
pekat, ada endapan merah bata (++++)
|
Sukrosa
|
-
|
Biru
pudar (++)
|
Laktosa
|
-
|
Biru
pudar(++)
|
Maltosa
|
-
|
Biru
pudar(++)
|
Pati
|
-
|
Biru
pudar (++)
|
Ket : +/- = termasuk monosakarida/tidak
termasuk monosakarida
Prinsip uji Barfoed
ialah pereaksi Barfoed juga mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+.
Uji ini termasuk uji spesifik. Karbihidrat direduksi pada suasana asam dengan
menambahkan fosfomolibdat. Senyawa uji yang membentuk endapan merah bata adalah
monosakarida sedangkan yang tidak membentuk endapan merah bata (larutan
berwarna biru) adalah disakarida. Berdasarkan percobaan glukosa dan fruktosa
merupakan monosakarida sedangkan sukrosa, laktosa, maltosa merupakan
disakarida. Hasil uji ini sesuai dengan literatur yang menunjukkan bahwa glukosa dan fruktosa merupakan monosakarida
sedangkan sukrosa, laktosa, maltosa merupakan disakarida. Untuk pati merupakan
polisakarida (Kusharto 1992).
polisakarida (Kusharto 1992).
Gambar
3. Uji Barfoed (dari kiri ke kanan; glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltose,
pati)
Uji fermentasi adalah
uji untuk menentukan gula yang dapat difermentasikan. Hasil uji fermentasi
sebagai berikut :
Tabel 4 Uji Fermentasi
Bahan Uji
|
Hasil Pengamatan (+/-)
|
Tinggi gas CO2 (cm)
|
||
15
|
30
|
45
|
||
Glukosa
|
+
|
5
|
6,3
|
7,1
|
Fruktosa
|
+
|
0,4
|
2,3
|
3,3
|
Sukrosa
|
+
|
2,7
|
4,5
|
5,5
|
Laktosa
|
+
|
0,1
|
1,3
|
2,9
|
Maltosa
|
+
|
1,7
|
4,5
|
6,0
|
Pati
|
-
|
0,8
|
1,7
|
3
|
Ket : +/- = ada CO2 / tidak
ada CO2
Prinsip
uji Fermentasi selain untuk menentukan gula yang dapat difermentasikan dan
untuk mengetahui besarnya kandungan CO2 sebagai hasil fermentasi.
Adanya CO2 ditandai dengan adanya isapan ibu jari pada kaki tabung
fermentasi yang terbuka setelah ditambah NaOH (Harrow 1946). Proses ini terjadi
pada suasana anaerob, karbohidrat oleh ragi akan dicerna dan diubah bentuknya menjadi
etilalkohol (C2H5OH) serta gas karbondioksida (CO2).
Reaksi yang
terjadi
pada uji Fermentasi : C6H12O6 C2H5OH
+ 2CO2. Gas CO2 yang dihasilkan ragi lebih cepat terjadi
pada monosakarida, seperti pada percobaan glukosa memiliki gas CO2 paling
tinggi. Ini membuktikan bahwa
monosakarida lebih reaktif dibandingkan disakarida. Namun, pada pati tidak
terbukti adanya CO2 karena ketika ditambah NaOH tidak ada isapan
jari pada jempol.
Gambar
4. Uji fermentasi
Aplikasi uji fermentasi
dalam kehidupan adalah identifikasi bakteri selulolitik dari saluran pencernaan
rayap lokal Indonesia. Uji molisch dalam
aplikasinya dikehidupan digunakan untuk menguji ada atau tidaknya karbohidrat
didalam jagung manis, sejumlah akar dan madu. Uji Benedict dalam aplikasinya
untuk mengetahui kadar gula pereduksi dalam buah-buahan, yang sebelumnya buah
tersebut ekstraknya telah diambil. Uji Barfoed dalam aplikasinya untuk membedakan
jenis karbohidrat yang terdapat pada kentang, apakah karbohidrat itu termasuk
monosakarida atau disakarida.
Simpulan
Berdasarkan
percobaan dapat disimpulkan bahwa uji Molisch menunjukkan bahwa semua senyawa
uji merupakan karbohidrat. Uji Benedict menunjukkan bahwa glukosa, fruktosa,
laktosa dan maltosa merupakan gula pereduksi yang memiliki gugus fungsi aldehida
atau hemiasetal. Uji Barfoed membuktikan glukosa dan fruktosa merupakan
monosakarida sedangkan sukrosa, laktosa, maltosa merupakan disakarida. Uji
fermentasi menunjukkan bahwa glukosa memiliki gas CO2 paling besar,
kemudian maltosa, sukrosa, fruktosa, pati dan laktosa.
Daftar
Pustaka
Fessenden R J, Joan S Fessenden. 1982. Kimia Organik. Ed. Ke-3. Penerjemah
Aloysius Hadyana P udjaatmaka. Terjemahan dari Organic Chemistry Third Edition. Erlangga. Jakarta.
Harrow, Benjamin. 1946. Textbook of Biochemistry. London. W B Saunder Company.
Kusharto C M, Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Ngili, Yohanis. 2009. Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul. Graham Ilmu. Yogyakarta.
Purba, Michael. 2007. Kimia Jilid 3. Erlangga. Jakarta.
Sediaoetama, A D. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid ke-1. PT Dian Rakyat.
Jakarta.